Sistem Pendidikan

A. Pengertian Sistem
Sistem merupakan istilah yang memiliki makna sangat luas dan dapat digunakan sebagai sebutan yang melekat pada sesuatu. Kita dapat mengatakan bahwa sebuah sepeda motor itu merupakan suatu sistem, yang kemudian orang menyebut dengan sistem sepeda motor.
Suatu perkumpulan atau organisasi adalah sebagai sistem, yang kemudian orang menyebutnya dengan istilah sistem organisasi. Pendidikan sebagai sebuah sistem, yang kemudian orang menyebutnya dengan sistem pendidikan. Begitu seterusnya, bahwa setiap jenis organisasi apapun bentuknya disebut sistem.
Definisi sistem diantaranya adalah :
Menurut Bela H. Banathy dalam bukuya Instructional sistem mengemukakan bahwa : “sistem adalah satuan / kaitan obyek-obyek yang disatukan oleh suatu betuk interaksi atau suatu bentuk saling ketergantungan”.
Menurut Suhardjo (1985),
Sistem adalah kesatuan fungsional daripada unsur-unsur (aspek-aspek) yang kaedah untuk mencapai tujuan.
Pengertian kedua ini lebih menunjukkan kejelasan, diantaranya : sistem terdiri dari unsur-unsur, fungsi dari masing-masing unsur, ada kesatuan fungsi dari setiap unsur, dan ada tujuan yang ingin dicapai.

B. Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem adalah cara-cara berfikir dan bekerja yang menggunakan konsep-konsep teori sistem yang relevan dalam memecahkan masalah.
Adapun Tipe-tipe dalam sistem adalah :


1. Filsafat sistem
Pendekatan sistem yang bertitik tolak konseptual atau teoritis, dengan mempergunakan metode kognitif atau berfikir mencerminkan suatu untuk menggambarkan rancang bangunnya

2. Managemen sistem
Pendekatan sistem yang bertitik tolak pragmatis atau mencari manfaat, dengan mempergunakan metode sintetis atau memadukan unsur-unsur menjadi kesatuan, untuk mengintegrasikan operasi-operasi kerja melalui perancangan operasional yang menekankan pada jaringan hubungan unsur-unsurnya

3. Analisis sistem
Pendekatan sistem yang bertitik tolak pada optimalisasi penggunaan sumber-sumber yang tersedia dengan memperugunakan metode penyusunan model-model kerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang efektif dan efisien dalam penggunaan sumber-sumber yang tersedia.


C. Teori sistem
1. Karakteristik teori system
a. Keseluruhan adalah hal yang utama dan bagian-bagian adalah hal yang kedua
b. Integrasi adalah kondisi saling hubungan antara bagian-bagian dalam satu sistem
c. Bagian-bagian membentuk sebuah keseluruhan yang tidak dapat di pisahkan
d. Bagian-bagian memainkan peranan mereka dalam kesatuannya untuk mencapai tujuan dari keseluruhan
e. Sifat bagian dan fungsinya dalam keseluruhan dan tingkah lakunya di atur oleh keseluruhan terhadap hubungan-hubungan bagiannya
f. Keseluruhan adalah sebuah sistem atau sebuah komplek atau sebuah konfigurasi dari enegri dan berperilaku seperti suatu unsure tunggal yang tidak komplek
g. Segala sesuatu haruslah di mulai dari keseluruhan sebagai suatu dasar, dan bagian-bagian serta hubungan-hubungan, baru kemudian terjadi secara berangsur-angsur

2. Karakteristik umum system
a. Cenderung ke arah entropi,
Semua sistem cenderung menuju pada suatu keadaan terpecah belah, tidak teratur, lamban, dan akhirnya mati.
b. Hadir dalam ruang waktu
Semua sistem berada dalam ruang waktu, atau berada dalam rangkaian waktu yang tidak dapat di hentikan
c. Mempunyai batas-batas
Semua sistem mepunyai batas-batas yang tidak menetap tapi berubah-ubah
d. Mempunyai lingkungan
Semua sistem mempunyai sebuah lingkungan atau sesuatu yang berada di luarnya. Semua sistem mempunyai lingkungan proksimal( lingkungan yang di sadari oleh sistem ), dan lingkungan distal ( lingkungan yang tidak di sadari oleh sistem )
e. Mempunyai variable dan parameter
Semua sistem mempunyai factor-faktor yang mempengaruhi struktur dan fungsi dari sistem.faktor-faktor dalam sistem adalah variable, dan factor-faktor di luar sistem adalah parameter
f. Mempunyai subsistem
Semua sistem termasuk sistem yang paling kecil sekalipun mempunyai subsistem dan setiap subsistem merupakan sebuah kesatuan yang terbatas terbentuk dari bagian-bagian dan karakteristik-karakteristik tertentu
g. Mempunyai suprasistem
Semua sistem, kecuali sistem yang terbesar dan beberapa tertutup mempunyai suprasistem atau sistem yang lebih besar.


3. Tipe-Tipe Sistem
1. Sistem alami dan sistem buatan
a. Sistem alami
Sistem ini merupakan benda-benda atau peristiwa-peristiwa alam yang bekerja berdasarkan hukum-hukum alam dan hubungan antara masukan dengan hasil dapat di ramalkan secara ilmiah
b. Sistem buatan
Sistem yang dirancang, dilaksanakan, dan dikendalikan oleh manusia dan hubungan antara masukan yang di ambil dari sistem alami dengan hasil yang di atur oleh manusia.

2. Sistem tertutup dan sistem terbuka
a. Sistem tertutup
Sistem yang tersruktus organisasi bagian-bagiannya tidak mudah menyeseuaikan diri dengan lingkungannya, sekurang-kurangnya dalam jangka waktu pendek struktur bagian-bagian tersusun secara tetap dan bentuk operasinya berjalan otomatis
b. Sistem terbuka
Sistem yang struktur bagian-bagiannya terus menyesuaikan diri dengan masukan dari lingkungan yang terus menerus berubah ubah dalam usaha dapat mencapai kapasitas optimalnya. Struktur bagian-bagian bersifat lentur dan bentuk operasinya dinamis karena bagian-bagian dalam sistem dapat berubah karakteristik dan posisi


D. Sistem Pendidikan
Pendidikan sebagai suatu sistem di samping mempunyai sub-sub sistem pendidikan, juga merupakan subsistem (bagian) dari supra sistem . sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam supra sistem (masyarakat) itu terdapat beberapa sistem misalnya : sistem ekonomi, sistem politik, sistem pendidikan sistem keamanan,dll. Masing-masing sistem dalam supra sistem tersebut terdiri dari sub-sub sistem, begitu pula sistem pendidikan yang di dalamnya juga terdapat sub-sub sistem. Tirtarahardja (1994: 64) telah memberikan gambaran sebagai berikut:

E. Komponen- komponen Sistem Pendidikan
Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik, komponen-komponen itu yakni:
1) Tujuan Pendidikan,
2) Peserta Didik,
3) Pendidik,
4) Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
5) Isi Pendidikan
6) Lingkungan Pendidikan

1) Tujuan Pendidikan
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah; norma-norma dan atau ukuran tingkahlaku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia.
Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat (Syaifulah, 1981).
Langeveld mengemukakan jenis-jenis tujuan pendidikan terdiri dari tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan kebetulan dan tujuan perantara. Pembagian jenis-jenis tujuan tersebut merupakan tinjauan dari luas dan sempit tujuan yang ingin dicapai.
Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar mulai dari 1) Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945), 2) Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional), 3) Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah), 4) Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajran atau kuliah), dan 5) Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Denga demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang dicapaiguru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.

2) Peserta Didik,
Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa. Mendasarkan pada pemikiran tersebut di atas maka pembahasan peserta didik seharusnya bermuara pada dua hal tersebut di atas.
Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan sifat atau sikap anak didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut :
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah. Sifat hakikat manusia dalam pendidikan ia mengemukakan anak didik harus diakui sebagai makhluk individu dualitas, sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus dididik dan mendidik.
Sehubungan dengan persoalan anak didik di sekolah Amstrong 1981 mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya masyarakat peserta didik ? bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ? hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah ? Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak didik.

3) Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidikan sekolah saja. Ditinjau dari lembaga pendidikan muncullah beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik di lingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori pendidik adalah 1) orang dewasa, 2) orang tua, 3)guru/pendidik, dan 4) pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan.

4) Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi antara komponen-komponen pendidikan. Terutama interaksi antara pendidik dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan berdasarkan kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan.

5) Isi Pendidikan.
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi dengan bahan pendidikan. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan fisik, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan pendidikan jasmani.

6) Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial anthropologis, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan iklim geographis. Ditinjau dari hubungan lingkungan dengan manusia dapat dikelompokkan menjadi lingkungan yang tidak dapat diubah dan lingkungan yang dapat diubah atau dipengaruhi, dan lingkungan yang secara sadar dan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari sudut tinjauan lain Langeveld lingkungan pendidikan menjadi lingkungan yang bersifat pribadi atau pergaulan dan lingkungan yang bersifat sesuatu yang ada di sekeliling anak.

No comments: