MATEMATIKA DAN CIUMAN


Mana yang lebih penting, menghapal rumus atau memahami rumus?, itulah kira-kira pertanyaan yang pernah saya diskusikan dengan salah seorang teman. Yang saya anggap lucu, justru ujung-ujungnya jadi nyerempet masalah ciuman :) , tak disangka-sangka ternyata bisa menjadi intermezzo dalam mengajarkan matematika.

Hasil dari diskusi ringan itu kira-kira begini:

1) Kadang kala kita perlu menghapal rumus terlebih dahulu guna membiasakan teknik baru. Setelah memenuhi kompetensi minimal, baru bisa leluasa mendalami konsep.

2) Dengan memahami konsep dan menurunkan rumus terlebih dahulu, pemahaman kita menjadi lebih kental sehingga rumus bisa dengan mudah melekat dalam diri. Dilain pihak jika soal lebih divariasikan lagi tidak akan terlalu masalah.

3) Menyikapi rumus matematika yang sangat buaanyak, salah satu cara untuk memudahkan mengingat yaitu dengan menerapkan metoda cantol, mnemonic, locus dll. Teman diskusi saya mengajarkan salah satu penerapannya dalam menghapal rumus jumlah dan pengurangan pada fungsi sinus dan cosinus :

Jika dilihat pola, semuanya mirip, hanya letak fungsi sinus dan cosinusnya saja yang berubah-ubah.

1) Sin A + Sin B = 2 Sin ½ (A+B) . Cos ½ (A-B)

(Saya Tambah Sayang, jika Dua kali Saya Cium)

2) Sin A - Sin B = 2 Cos ½ (A+B) . Sin ½ (A-B)

(Saya Kurang Sayang, jika Dua kali Cium Saya) ….kesannya tidak senang cewek agresif..hehe

3) Cos A + Cos B = 2 Cos ½ (A+B) . Cos ½ (A-B)

(Cium Tambah Cium, Dua kali Cium Ciuman

4) Cos A - Cos B = - 2 Sin ½ (A+B) . Sin ½ (A-B)

(Kamu Kurang Cium, Berkurang Dua kali Sayang Saya)

Penerapan teknik ini, tentu saja disesuaikan pada kondisi masing-masing, jika dirasa terlalu fulgar, cukup untuk diri sendiri saja :)

Ada yang mau berbagi cara menghapal rumus ? , Sharing

Mengganti background foto dengan Adobe Photoshop

anda sudah foto di sebuah tempat foto untuk mendaftarkan sebuah instansi sekolahan atau sebuah pekerjaan, ketika foto anda hanya punya yang berbackground merah. tapi anda ingin lebih ngirit dan gak banyak keluar biaya untuk foto lagi, gara-gara background foto untuk sebuah sekolahan harus berwarna biru...ikuti caranya, download tutorial di sini, berbagi ilmu dengan OggE92...

Cara Mandi Junub


Mandi junub adalah mandi wajib untuk membersihkan diri dari hadats besar dengan mengalirkan air ke seluruh bagian tubuh. Jika tidak mandi junub sementara kita dalam keadaan junub, maka sholat kita tidak sah.

Sebab-Sebab mandi junub :

1. Keluarnya mani, apakah karena syahwat atau karena sebab yang lainnya. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dalam sabda beliau sebagai berikut :

(tulis haditsnya di Syarah Shahih Muslim An Nawawi juz 4 hal. 30 hadits ke 81)

Dari Abi Sa’id Al Khudri dari Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, bahwa beliau bersabda : “Hanyalah air itu (yakni mandi) adalah karena air pula (yakni karena keluar air mani”. HR. Muslim dalam Shahihnya.

Dalam menerangkan hadits ini Al Imam Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf An Nawawi menyatakan : “Dan Ma’nanya ialah : Tidak wajib mandi dengan air, kecuali bila telah keluarnya air yang kental, yaitu mani”.


2. Berhubungan seks, baik keluar mani atau tidak keluar mani. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dalam sabdanya sebagai berikut :

(tulis haditsnya di Fathul Bari Ibni Hajar jilid 1 hal. 395 hadits ke 291)

Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi sallallahu alaihi waalihi wasallam, bahwa beliau bersabda : “Apabila seorang pria telah duduk diantara empat bagian tubuh permpuan (yakni berhubungan seks) kemudian dia bersungguh-sungguh padanya (yakni memasukkan kemaluannya pada kemaluan perempuan itu), maka sungguh dia telah wajib mandi karenanya”. HR. Bukhari dalam Shahihnya.


3. Berhentinya haid dan nifas
4. Mati dalam keadaan Muslim, maka yang hidup wajib memandikannya.


Cara menunaikan mandi junub :

Karena menunaikan mandi junub itu adalah termasuk ibadah kepada Allah Ta’ala, maka disamping harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata, juga harus pula dilaksanakan dengan cara dituntunkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam. Dalam hal ini terdapat beberapa riwayat yang memberitakan beberapa cara mandi junub tersebut. Riwayat-riwayat itu adalah sebagai berikut :

1. (tulis hadisnya dalam Sunan Abi Dawud jilid 1 hal. 63 hadits ke 249)
“Dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam telah bersabda : Barangsiapa yang meningggalkan bagian tubuh yang harus dialiri air dalam mandi janabat walaupun satu rambut untuk tidak dibasuh dengan air mandi itu, maka akan diperlakukan kepadadanya demikian dan demikian dari api neraka”.
HR. Abu Dawud dalam Sunannya hadits ke 249 dan Ibnu Majah dalam Sunannya hadits ke 599. Dan Ibnu Hajar Al Asqalani menshahihkan hadits ini dalam Talkhishul Habir jilid 1 halaman 249.
Dengan demikian kita harus meratakan air ketika mandi janabat ke seluruh tubuh dengan penuh kehati-hatian sehingga dilakukan penyiraman air ketubuh kita itu berkalai-kali dan rata.

2. (tulis haditsnya di Fathul Bari jilid 1 halaman 429 hadits ke 248)
“Dari A’isyah radhiyallahu anha beliau menyatakan : Kebiasaannya Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam apabila mandi junub, beliau memulai dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian beliau berwudhu’ seperti wudhu’ beliau untuk shalat, kemudian beliau memasukkan jari jemari beliau kedalam air, sehingga beliau menyilang-nyilang dengan jari jemari itu rambut beliau, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh tubuh beliau”.
HR. Al Bukhari dalam Shahihnya hadits nomer 248 (Fathul Bari) dan Muslim dalam Shahihnya hadits ke 316. Dalam riwayat Muslim ada tambahan lafadl berbunyi demikian : “Kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh tubuhnya, kemudian mencuci kedua telapak kakinya”.

Jadi dalam mandi junubnya Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, beliau memasukkan air ke sela-sela rambut beliau dengan jari-jemari beliau. Ini adalah untuk memastikan ratanya air mandi junub itu sampai ke kulit yang ada di balik rambut yang tumbuh di atasnya. Sehingga air mandi junub itu benar-benar mengalir ke seluruh kulit tubuh.
3. (tulis haditsnya di Shahih Muslim Syarh An Nawawi juz 3 hal 556 hadits ke 317)

“Maimunah Ummul Mu’minin menceritakan : Aku dekatkan kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam air mandi beliau untuk janabat. Maka beliau mencuci kedua telapak tangan beliau dua kali atau tiga kali, kemudian beliau memasukkan kedua tangan beliau ke dalam bejana air itu, kemudian beliau mengambil air dari padanya dengan kedua telapak tangan itu untuk kemaluannya dan beliau mencucinya dengan telapak tangan kiri beliau, kemudian setelah itu beliau memukulkan telapak tangan beliau yang kiri itu ke lantai dan menggosoknya dengan lantai itu dengan sekeras-kerasnya. Kemudian setelah itu beliau berwudlu’ dengan cara wudlu’ yang dilakukan untuk shalat. Setelah itu beliau menuangkan air ke atas kepalanya tiga kali tuangan dengan sepenuh telapak tangannya. Kemudian beliau membasuh seluruh bagian tubuhnya. Kemudian beliau bergeser dari tempatnya sehingga beliau mencuci kedua telapak kakinya, kemudian aku bawakan kepada beliau kain handuk, namun beliau menolaknya”.
HR. Muslim dalam Shahihnya hadits ke 317 dari Ibnu Abbas.
Dari hadits ini, menunjukkan bahwa setelah membasuh kedua telapak tangan sebagai permulaan amalan mandi junub, maka membasuh kemaluan sampai bersih dengan telapak tangan sebelah kiri dan setelah itu telapak tangan kiri itu digosokkan ke lantai dan baru mulai berwudhu’. Juga dalam riwayat ini ditunjukkan bahwa setelah mandi junub itu, sunnahnya tidak mengeringkan badan dengan kain handuk.

4. (tulis haditsnya di Fathul Bari jilid 1 halaman 372 hadits ke 260)
“Dari Maimun (istri Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam), beliau memberitakan bahwa Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam ketika mandi janabat, beliau mencuci kemaluannya dengan tangannya, kemudian tangannya itu digosokkan ke tembok, kemudian setelah itu beliau mencuci tangannya itu, kemudian beliau berwudlu’ seperti cara wudlu’ beliau untuk shalat. Maka ketika beliau telah selesai dari mandinya, beliau membasuk kedua telapak kakinya”.
HR. Bukhari dalam Shahihnya, hadits ke 260.
Dari hadits ini, menunjukkan bahwa menggosokkan telapak tangan kiri setelah mencuci kemaluan dengannya, bisa juga menggosokkannya ke tembok dan tidak harus ke lantai. Juga dalam hadits ini diterangkan bahwa setelah menggosokkan tangan ke tembok itu, tangan tersebut dicuci, baru kemudian berwudlu’.

Penutup Dan Kesimpulan :
Dari berbagai riwayat tersebut di atas kita dapat simpulkan, bahwa cara mandi junub itu adalah sebagai berikut :

1. Mandi junub harus diniatkan ikhlas semata karena Allah Ta’ala dalam rangka menta’atiNya dan beribadah kepadaNya semata.

2. Dalam mandi junub, harus dipastikan bahwa air telah mengenai seluruh tubuh sampaipun kulit yang ada di balik rambut yang tumbuh di manapun di seluruh tubuh kita. Karena itu siraman air itu harus pula dibantu dingan jari jemari tangan yang mengantarkan air itu ke bagian tubuh yang paling tersembunyi sekalipun.

3. Mandi junub dimulai dengan membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan, masing-masing tiga kali dan cara membasuhnya dengan mengguyur kedua telapak tangan itu dengan air yang diambil dengan gayung. Dan bukannya dengan mencelupkan kedua telapak tangan itu ke bak air.

4. Setelah itu mengambil air dengan telapak tangan untuk mencuci kemaluan dengan telapak tangan kiri sehingga bersih.

5. Kemudian telapak tangan kiri itu digosokkan ke lantai atau ke tembok sebanyak tiga kali. Dan setelah itu dibasuh dengan air.

6. Setelah itu berwudlu’ sebagaimana cara berwudlu’ untuk shalat.

7. Kemudian mengguyurkan air dari kepala ke seluruh tubuh dan menyilang-nyilangkan air dengan jari tangan ke sela-sela rambut kepala dan rambut jenggot dan kumis serta rambut mana saja di tubuh kita sehingga air itu rata mengenai seluruh tubuh.

8. Kemudian bila diyakini bahwa air telah mengenai seluruh tubuh, maka mandi itu diakhiri dengan membasuh kedua telapak kaki sampai mata kaki.

9. Disunnahkan untuk tidak mengeringkan badan dengan kain handuk atau kain apa saja untuk mengeringkan badan itu.

10. Disunnahkan untuk melaksanakan mandi junub itu dengan tertib seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam.

Demikianlah cara mandi junub yang benar sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dan juga telah dicontohkan oleh beliau. Semoga dengan kita menunaikan ilmu ini, amalan ibadah shalat kita akan diterima oleh Allah Ta’aala karena kita telah suci dari junub atau hadats besar. Amin Ya Mujibas sa’ilin.


1. Tentang pengertian orang yang mukalaf , artinya orang yang telah baligh dari sisi usianya dan telah mumayyiz dari sisi kemampuan berfikirnya. Mumayyiz itu sendiri artinya ialah kemampuan membedakan mana yang bermanfaat baginya dan mana pula yang bermudarat.
2. Tentang pengertian hadatas besar , telah diterangkan dalam Salafi ed. 1 th. V hal. ?
3. Ar Raudhatun Nadiyah, Al Allamah Shiddiq Hasan Khan, hal. 35
4. Al Majmu’ Syarah Muhadzdzab, Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf An Nawawi, jilid 2 hal. 153, Darul Fiker Beirut Libanon, cet. Th. 1417 H / 1996 M.

Al Ustadz Ja’far Umar Thalib

http://alghuroba.org/junub.php

Perang Badar inspirasi umat Islam 313




Zaini Hashimi
Setelah penghijrahan baginda Nabi s.a.w ke Madinah, permusuhan kaum kafir Quraish terhadap umat Islam masih belum reda.Penyiksaan dan gangguan mereka kepada kaum muslimin yang masih berada di Mekah dan tidak dapat keluar dari kota itu semakin menjadi-jadi.Pada sudut yang lain pula harta benda yang ditinggalkan oleh mereka yang telah berhijrah ke Madinah dirampas oleh Quraish.

Hal inilah yang menjadi dasar bagi baginda Rasulullah s.a.w untuk menyekat kafilah dagang Quraish yang melintas dekat Madinah dalam perjalanan perniagaan menuju Syam atau dari Syam menuju Mekah.

Tahun kedua hijrah, Rasulullah s.a.w bersama 313 sahabatnya bergerak menuju Badar untuk menyekat kafilah Quraish yang membawa harta berlimpah hasil dari perniagaan di Syam.

Setelah mendengar berita itu, Abu Sufyan, yang memimpin kafilah ini, mengirimkan utusannya ke Mekah untuk meminta bantuan tentara Quraish dalam menghadapi ancaman ini.

Bagi Quraish, sekatan kafilahnya oleh kaum muslimin tidak bererti kerugian harta tetapi apa yang paling penting baginya ialah kehormatan suku besar di Mekah ini.

Untuk itu, Abu Jahl yang merupakan salah seorang bangsawan terkemuka Quraish bersama seribu orang lengkap dengan peralatan perang meninggalkan kota Mekah dan bergerak menuju Badr.

Sementara kafilah pimpinan Abu Sufyan dengan melintasi jalan alternatif berjaya meloloskan dari sekatan kaum muslimin.

Abu Sufyan mengirimkan utusannya untuk meminta Abu Jahl kembali ke Mekah kerana baginya dia telah berjaya melepaskan diri daripada sekatan bahaya itu.

Namun pesanan itu ditolak oleh Abu Jahl beliau segera bersiap untuk berperang bagi menghadapi pasukan Islam Madinah.

Di Badar, pasukan muslimin yang dipimpin oleh Rasulullah s.a.w telah bersiap siaga sepenuhnya. Pasukan kecil berjumlah 313 orang dan peralatan yang ala kadarnya, siap menghadapi seribu orang di barisan Quraish yang lengkap bersenjata.

Namun keimanan yang dimiliki oleh umat Islam menjadi sandaran dan pendorong mereka untuk tegar dan siap menanti kematian di jalan Allah yang basalannya adalah syurga.

Tepat pada tarikh 17 Ramadan tahun kedua hijrah, perang di Badar berkecamuk setelah dimulai dengan konfrantasi iaitu satu lawan satu antara tiga pihak dari dua barisan perang.

Satu demi satu wakil musuh terkorban. Darah bersimbah di sana sini. Tak lama, berita tersebar bahwa Abu Jahl yang pernah disebut Rasulullah sebagai Firaun di tengah umat ini tewas di tangan pasukan muslimin.

Dengan terbunuhnya Abu Jahl dan beberapa pemuka Quraish di medan perang Badar menjadi pukulan hebat bagi pasukan Mekah yang akhirnya memilih untuk melarikan diri.

Dalam perang Badar, pasukan Quraish menderita kerugian tujuh puluh tewas dan tujuh puluh yang lain menjadi tawanan.

Sementara barang rampasan perang yang ditinggalkan bukanlah jumlah yang sedikit, dianggarkan sebanyak 150 unta, sepuluh kuda, sejumlah kulit dan kain, serta peralatan perang ditinggalkan oleh pasukan Mekah yang lari tunggang langgang menyelamatkan diri.

Suasana pada malam tercetusnya perang di Badar

Malam itu terjadi beberapa keajaiban, perasaan takut dan tertekan yang ada pada kaum Muslimin tiba-tiba hilang, pasukan Islam menikmati malam itu dengan senang dan tenang, dan akhirnya tertidur dengan puas.

Hujan pun turun, membasahi pasir padang Badar sehingga menjadi padat dan lembut apabila dipijak (pasir dalam keadaan kering, seperti pasir pantai, membuat susah berjalan). Inilah seperti yang dijanjikan Allah dalam Al Anfaal (surat kedelapan) ayat 8:

“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu ketenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepada kamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki (mu).”

Subuh hari, Abu Bakar “menganggu” ibadah Rasul karena kafir Quraish sudah semakin hampir mendekati umat Islam.

Pasukan Islam dengan segera membuat persiapan, ketika pasukan kafir Quraish sudah kelihatan jelas oleh Rasul, Rasul memanjatkan doa, “Ya Allah! Kaum kafir Quraish yang enggan untuk menyembahMu dan mendustai utusanMu sudah berada di sini. Ya Allah, kami menunggu dan megharapkan daripadaMu kemenangan yang Engkau janjikan kepadaku dan sahabat-sahabatku. Kami memohon kepadaMu, ya Allah, untuk mengalahkan mereka.”

Rasulullah minta pendapat sahabat sebelum berangkat ke Badar

Sebaliknya pihak Muslimin, yang sudah kehilangan kesempatan mendapatkan harta rampasan, sudah sepakat akan bertahan terhadap musuh bila diserang.

Oleh karena itu merekapun segera berangkat ke tempat mata air di Badar itu, dan perjalanan ini lebih mudah lagi karena waktu itu hujan turun.

Setelah mereka sudah mendekati mata air, Rasulullah berhenti. Ada seseorang yang bernama Hubab bin Munzir bin Jamuh, orang yang paling mengetahui atau disifatkan sebagai seorang pakar tentang mengenal tempat itu, setelah melihat Nabi turun di tempat tersebut, dia bertanya: “Rasulullah, bagaimana pendapat tuan untuk berhenti di tempat ini? Kalau ini sudah wahyu Tuhan, kita takkan maju atau mundur setapakpun dari tempat ini. Ataukah ini sekadar pendapat tuan sendiri, suatu taktik perang belaka?”

“Sekadar pendapat saya dan sebagai taktik perang,” jawab Rasulullah.

“Rasulullah,” katanya lagi. “Kalau begitu, tidak tepat kita berhenti di tempat ini. Mari kita pindah sampai ke tempat mata air terdekat yang tahu tempat itu dengan penuh yakin, lalu telaga-telaga kering yang di belakang itu kita timbun setelah diambil airnya. Selanjutnya kita membuat kolam, kita isi sepenuhnya. Barulah kita hadapi mereka berperang. Kita akan mendapat air minum, mereka tidak.”

Melihat saran Hubab yang begitu tepat itu, Nabi Muhammad dan rombongannya segera pula bersiap-siap dan mengikut pendapat temannya itu, sambil mengatakan kepada sahabat-sahabatnya bahawa dia juga manusia seperti mereka, dan bahawa sesuatu pendapat itu dapat dimusyawarahkan bersama-sama dan dia tidak akan menggunakan pendapat sendiri di luar mereka. Dia perlu sekali mendapat konsultasi yang baik dari sesama mereka sendiri.

Selesai kolam itu dibuat, Sa’d b. Mu’az memberikan usulnya: “Rasulullah,” katanya, “kami akan membuatkan sebuah dangau buat tempat Tuan tinggal, kenderaan Tuan kami sediakan. Kemudian biarlah kami yang menghadapi musuh. Kalau Tuhan memberi kemenangan kepada kita atas musuh kita, itulah yang kita harapkan.

“Tetapi kalau pun sebaliknya yang terjadi; dengan kenderaan itu Tuan dapat menyusul teman-teman yang ada di belakang kita. Rasulullah, masih banyak sahabat-sahabat kita yang tinggal di belakang, dan cinta mereka kepada tuan tidak kurang dari cinta kami ini kepada tuan.

“Sekiranya mereka dapat menduga bahawa tuan akan dihadapkan pada perang, nescaya mereka tidak akan berpisah dari tuan. Bagi mereka Tuhan menjaga tuan. Mereka benar-benar ikhlas kepada tuan, berjuang bersama tuan.”

Nabi Muhammad s.a.w sangat menghargai dan menerima baik saranan Sa’d itu. Sebuah dangau buat Nabi lalu dibangunkan. Jadi bila nanti kemenangan bukan di tangan Muslimin, ia takkan jatuh ke tangan musuh, dan masih akan dapat bergabung dengan sahabat-sahabatnya di Yathrib.

Di sini orang perlu berhenti sejenak dengan penuh kekaguman, kagum melihat kesetiaan Muslimin yang begitu dalam, rasa kecintaan mereka yang begitu besar kepada Rasulullah, serta dengan kepercayaan penuh kepada ajarannya.

Semua mereka mengetahui, bahawa kekuatan Quraish jauh lebih besar dari kekuatan mereka, jumlahnya tiga lipat ganda banyaknya. Tetapi, sungguhpun begitu, mereka sanggup menghadapi, mereka sanggup melawan.

Dan mereka inilah yang sudah kehilangan kesempatan mendapatkan harta rampasan. Tetapi sungguhpun begitu karena bukan pengaruh kebendaan itu yang mendorong mereka bertempur, mereka selalu siap disamping Nabi, memberikan dukungan, memberikan kekuatan.

Dan mereka inilah yang juga sangsi, antara harapan akan menang, dan kecemasan akan kalah. Tetapi, sungguhpun begitu, fikiran mereka selalu hendak melindungi Nabi, hendak menyelamatkannya dari tangan musuh. Mereka menyiapkan jalan baginya untuk menghubungi orang-orang yang masih tinggal di Medinah.

Suasana yang bagaimana lagi yang lebih patut dikagumi daripada ini? Iman mana lagi yang lebih menjamin akan memberikan kemenangan seperti iman yang ada ini?

Menentukan nasib 70 orang tawanan

Baginda Rasulullah s.a.w mencari kesempatan dan ruang ada untuk bertemu dua sahabat terdekatnya bagi meminta pandangan mereka berdua berhubung isu tawanan.

Abu Bakar menyatakan bahawa setiap seorang daripada mereka mengajar sepuluh anak orang Islam dalam pelbagai bidang ilmu pengetahuan, agar kesemua mereka hingga berjumlah 700 anak orang-orang Islam menjadi pandai dan celik ilmu, inilah juga pandangan peribadi Rasulullah s.a.w.

Walau bagaimanapun, Omar tidak bersetuju dengan pandangan itu, beliau mencadangkan agar setiap mereka itu dibunuh sahaja, kerana merekalah penyebab kepada masalah syirik dan penentangan terhadap ajaran-ajaran baginda Rasulullah kalau masih mahu mereka terus hidup.

Rasulullah tidak dapat berkata apa-apa terhadap dua pandangan yang sama sekali bercanggah antara satu sama lain, namun pada malam itu baginda menerima turunnya wahyu Ilahi agar kesemua tawanan itu dihapuskan dari muka bumi ini, kisah itu dirakan menerusi ayat 67 surah al-Anfal : “Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai (menyimpan) tawanan sebelim ia dapat melumpuhkan musushnya di muka bumi. Kamu mengharapkan harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat untukmu. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Keesokan harinya, baginda bertemu semula dengan dua orang sahabat karibnya bagi menyatakan ketegasan Allah mengenai masalah tawanan, sambil baginda menyifatkan sikap Abu Bakr seperti Nabi Nuh dan Isa dan menyifatkan sikap Omar seperti Nabi Ibrahim dan Musa yang sentiasa tegas dalam segenap tandak-tanduknya.

Akhirnya baginda Rasulullah s.a.w menyatakan arahan Allah supaya kesemua tawanan itu perlu dihapuskan daripada muaka bumi ini dengan segera sebelum berbagai-bagai tindakan lain muncul bagi melemahkan Islam dan umatnya.

Mengapa perang ini begitu istimewa?

Pertama, karena Perang ini Rasulullah beserta pasukannya mengalami kemenangan meskipun hanya berjumlah 313 orang sahabat (terdiri dari 82 Muhajirin, 61 dari suku Aus dan 170 dari suku Kharaj) serta pasukan kaum muslimin hanya memiliki dua ekor kuda dan 70 ekor unta, bahkan satu ekor dinaiki sampai dua tiga orang.

Kedua, baginda mengadakan mesyuarat terlebih dahulu sebelum berangkat ke Badr, sesungguhnya tindakan baginda itu tidak sedikitpun mengurangkan kedudukannya sebagai seorang pemimpin tertinggi umat Islam dan perkara bagi menentukan nasib para tawanan yang berjumlah seramai 70 orang, baginda meminta pandangan dua orang sahabatnya yang terdekat iaitu Saidina Abu Bakr dan Saidina Omar Bin al-Khattab untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Ketiga, peranan doa yang diajarkan oleh baginda menjadi teras dan pemangkin sebelum sesuatu tindakan dibuat, ia bertujuan untuk mendapatkan keredaan dan restu Allah.

Keempat, walaupun menghadapi suasana getir dalam peperangan, ia sedikitpun tidak mengalang umat Islam daripada terus berpuasa, apatah lagi ia merupakan arahan Rasulullah dan pelengkap kepada rukun Islam yang lima.

Kelima, jumlah yang sedikit bukan ukuran untuk mudah dikalahkan, yang penting kesungguhan, keutuhan jati diri, kerjasama dan perancangan yang hebat menjadi penentu kepada sesuatu kejayaan.

Keenam, kepatuhan kepada arahan pimpinan yang tidak berbelah bagi dalam perkara yang tidak menyanggah agama, menjadi faktor utama keberhasilan mendapatkan kejayaan.

Ketujuh, mengetahui sumber peralatan perang pihak musuh seperti pengetahuan Nabi terhadap bilangan unta yang dimiliki tentera Quraish boleh membantu melancarkan strategi peperangan.

Kelapan, menghantar wakil bertemu pihak musuh dari kalangan individu yang hebat seperti Saidina Hamzah, Saidina Ali boleh menggerunkan pihak musuh, kerana mereka beranggapan bahawa pihak umat Islam memiliki pasukan perang terkuat yang sukar dikalahkan.

Kesembilan, menghalakan niat dan matlamat perang menghadapi musuh adalah kerana Allah dan meninggikan syiar-syiar agama-Nya, bukan atas tujuan meraih harta dan habuan dunia yang melalaikan.

Kesepuluh, cara berfikir yang bernas patut dilontarkan ketika mengadakan sesuatu perbincangan untuk mencari jalan penyelesaian seperti yang dilakukan oleh Abu Bakr dan Omar bagi menyelesaikan isu tawanan perang. Kesebelas, sebagai seorang Nabi, baginda tidak sedkitpun rasa malu untuk menerima pandangan dari sahabatnya yang bukan bertaraf Nabi atau Rasul dalam isu-isu tertentu bagi mencari jalan penyelesaiannya.

Keduabelas, sesungguhnya banyak pengajaran positif yang perlu diambil kira oleh setiap individu muslim yang cintakan agamanya ke arah satu tahap kekuatan dalam pelbagai aktiviti harian hidup mereka. _

….PEPERANGAN BADAR & PEPERANGAN AKHIR ZAMAN….

Perperangan Badar ada makna tersuratnya dan ada makna tersiratnya.
Makna tersuratnya 1000 tentera Kafirin melawan 313 tentera Muslimin…
Dlm perperangan Badar kemenangan berpihak kepada tentera Muslimin…
Maka mulalah tentera Muslimin banyak memperkatakan hal2 harta rampasan…

Makna tersiratnya pula angka 1000 itulah huruf Ghain gumpalam hijab dlm hati.
Angka 313 jumlahnya 7 itulah lambang lapisan2 hati yg perlu dibersihkan,
Gumpalan hijab 1000 menjadi 7000 hijab (Ghain/Yg Lain) diwarnai duniawi,
Kot boleh dikalahkan oleh yg “Satu” tersembunyi ditengah angka 3″1″3…

Itulah koq maksod pesanan Nabi SAW selepas menang peperangan Badar itu,
Maka ada satu lagi peperangan yg lagi amat berat yakni melawan sifat2 tercela……

Maka detik Akhir Zaman ini ada satu lagi peperangan yg lagi maha hebat…
Peperangan Imam Mahdi dan tenteranya membunuh Dajjal dan Yakjut Makjut,
Peperangan menghapuskan kesesatan dan kedurjanaan dari muka bumi ini,
Sehingga Islam Sejati bangkit semula dan ke”Adil”an sejagat dinikmati semua….

Siapakah sebenarnya itu Dajjal, Yakjut dan Makjut…???
Jawapannya akan terbongkar sedikit masa lagi….

Wallahu’alam….

Tafsir surat al imron ayat 138-143

AYAT 138 :
“(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”

Dalam ayat ini masih berkaitan dengan ayat sebelumnya. Dan dalam ayat ini di terangkan bahwa :
•Al Quran sebagai Penjelasan
•Al Quran sebagai Petunjuk (menuju jannah, dan sebagai rambu-rambu hidup bagi yang mengaku manusia.)
•Al Quran sebagai Nasehat (bagi orang-orang bertaqwa)

Dimana orang-orang yang bertaqwa adalah orang yang senantiasa mengambil nasehat-nasehat dari Al Quran, dan semua nasehat-nasehatnya itu untuk menempuh jalan hidupNya, agar selamat dari azab allahu ta’ala. Dan orang-orang yang bisa mengambil Nasehat dari al quran maka dia termasuk Orang Muttaqin.
Jangan mengambil Nasehat dari seorang pujangga yang pandai bermain kata-kata, pujangga yang tak di dasari dengan dien al islam, serta pujangga hanyalah manusia yang banyak sekali kekurangan dibanding dengan Al Quran yang berisi firman-firman Allahu Ta’ala yang sudah menjadi petunjuk hidup manusia yang ada di dunia ini.
Perlu diketahui bahwa hidup di dunia ini adalah untuk mencari jannahNya dan menghindar dari NerakaNya Allah.


AYAT 139 :
“janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

Ayat ini sebagai penghibur buat orang-orang yang asing (ghuroba)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa kita jangan merasa sedih, hina, dan merasa lemah karena menjalankan ajaran al islam dan al quran, walaupun banyak sekali orang-orang yang mengolok-olok, menghina, mencaci maki..
Ex :
“sebuah keluarga yang menjalankan dien al islam secara mendalam, serta menjauhkan dengan hal-hal yang bersifat kesyirikan. Keluarga tersebut hidup di sebuah perkampungan jahiliyah yang belum memahami dien al islam secara mendalam. Banyak sekali ritual-ritual adat kejawen yang masih di laksanakan di kampong tersebut. Suatu saat kepala keluarga tersebut di ajak untuk menghadiri acara kendurinan (bancaan : jawanya), karena kepala keluarga tersebut tidak mau mengikuti acara kendurinan tersebut, maka kepala keluarga tersebut di intimidasi, di kucilkan, dan diolok-olok.

Itulah contoh yang nyata, dan banyak kasus yang melebihi dari itu.
Perlu kita ketahui, bahwa seseorang yang sering diolok-olok, dikucilkan, dihina, dicacimaki, karena hanya menjalankan dengan dien al islam ini, maka Allah berfirman ayat di atas.
Hakikatnya orang yang menjalankan Quran adalah menjadi orang-orang yang tinggi di hadapan Allahu ta’ala, walaupun sering diolok-olok, dikucilkan, dihina, dan dicacimaki di dunia ini, tapi perlu diingat bahwa kehidupan yang kekal itu adalah di akhirat kelak.
Kalau kita memperjuangkan al islam dengan hati yang ikhlas, pasti dan pasti ketinggian derajat itu bisa dimunculkan olehNya di dunia ini. Jika mau berTEKAD yang KUAT, keISTIQOMAHan yang meLEKAT sampai akhir hayat.

AYAT 140:
“ jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'154. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”

154: Syuhada' di sini ialah orang-orang Islam yang gugur di dalam peperangan untuk menegakkan agama Allah. sebagian ahli tafsir ada yang mengartikannya dengan menjadi saksi atas manusia sebagai tersebut dalam ayat 143 surat Al Baqarah.

Ayat ini berkaitan dengan memberikan hiburan terhadap kaum muslimin yang terdahulu ketika perang uhud yang akhirnya para muslimin kalah.
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan dalam firmanNya “Jika muslimin mendapatkan luka, maka orang-orang kafir/musyrikin juga pernah mendapatkan luka” ayat ini untuk menghibur kaum muslimin yang kalah ketika itu.
Dalam sisi lain kita bisa mengambil ibroh dari ayat ini yaitu di sebuah alam kehidupan yang di ciptakan oleh Allah semuanya itu silih berganti, kadang kalah, kadang menang, kadang sedih, kadang senang itulah fitroh dariNya yang sudah tidak bisa di pungkiri lagi.
Ujian adalah sebuah test untuk menguji keimanan seseorang di hadapan Allah. Sebuah ujian tersebut tidak dapat kita hindari. Setelah kita lulus dalam ujian yang diberikan oleh Allah ta’ala, maka derajat kita akan di tinggikan oleh Allah dihadapanNya. Dan setelah itu akan menghadapi ujian yang lebih berat lagi…itulah takdir manusia hidup untuk menghadapi berbagai ujian, jika manusia ingin selamat dan mudah mengerjakan ujian yang diberikan oleh Allah, maka kita harus membaca, mengamalkan, dan menyampaikan buku materi atau petunjuk hidup (al quran dan sunnah) yang sudah diterbitkan oleh Allah..
 = penyaksi atau bisa di artikan orang-orang yang mati syahid
Orang yang mati syahid adalah orang-orang yang sebelum hari kiamat, dia sudah menyaksikan surga setelah kematian itu. Karena kematian itu HANYA di temui di dunia, besok di akhirat tidak ada lagi kematian.

Kematian ada 3 kelompok
1.Mati mulia : mati syahid ( syarat utama Beragama islam )
Mati dalam keadaan membela agama Allah, menuntut ilmu, tenggelam,
sakit perut, terkena wabah, dll
2.Mati biasa : mati dengan keadaan islam tapi ditimbang amalanya besok di akhirat
3.Mati hina : mati dengan keadaan kafir dan jelas masuk ke dalam Neraka Allah jika tidak bertaubat

dari ketiga hal kelompok kematian di atas, kematian yang paling mulia adalah orang yang mati syahid, tetapi kesyahidan yang paling tinggi atau tertinggi adalah orang-orang yang mati dimedan pertempuran karena membela Al islam.
Diwaktu perang uhud, ada sekelompok orang munafik yang kembali dari medan perang, karena takut, dan Allah tidak menyukai orang-orang dholim (munafik).



AYAT 141:
“ dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir”

Mengapa Allah memunculkan peperangan????
Tujuan dari peperangan adalah untuk membersihkan orang-orang beriman dari dosa-dosa dan membersihkan/membinasakan orang-orang kafir.
= mengurangi/menghapus sedikit demi sedikit.
Ketika peperangan meski ada yang mati ada juga yang selamat, di dalam peperangan juga akan mengurangi orang-orang di bumi ini akan tetapi pengurangan tersebut ada 2 golongan yaitu :
a.Kalau orang kafir yang mati maka ia termasuk dalam kemurkaan Allah atau Allah membinasakan mereka.
b.Kalau orang muslimin yang mati syahid (syuhada) maka ia termasuk dalam kenikmatan Allah atau Allah memberikan kenikmatan yang lebih untuknya.

bersambung insya allah.....

Kajian ust. Huda
di masjid An-Nahl,Pecing, Sragen
Di tulis ulang oleh. oGGe92.
Date:28.06.2010 time:19.30 WIB